Sesuatu yang sangat menyakitkan sedang terjadi dalam pikiran Kaira. Ketika melihat kenyataan ayahnya telah pergi meninggalkannya seorang diri. Dia melihat lagi bingkai foto yang terpantul didepan meja rias, dan dia mengingat sesuatu yang lain, untuk pertama kalinya dalam hidupnya tawa yang nyaring dan dingin yang selalu menggema. Jika bisa mengubah suatu hal dalam hidupnya, Kaira akan menolak ajakan ayahnya untuk pindah ke Jakarta. Walaupun dengan kekurangan dia hidup didesa kecil dirinya dilahirkan dulu, itu lebih baik. Ketimbang dia memakai baju yang mahal, perhiasan yang indah, rumah yang megah yang kini ia tinggali bersama keluarga barunya yang nampak hangat diluar dan dingin didalam.