Hinata mengharapkan seorang bayi, bayi yang murni lahir dari rahimnya. Tetapi, dia tidak suka pernikahan. Ikatan itu selalu berhasil menghantuinya, membayang-bayangi ketakutannya dengan wajah culas dua manusia bekas orang tuanya. Bukan mau akalnya membenci mereka sekuat harapan. Mereka telanjur menyisakan luka menganga di batinnya, setelah dengan mata kepalanya sendiri melihat mereka bersenda gurau di dalam kesenangan lain dan asing.