"Hai," sapa seorang pemuda dengan baju osis yang masih bertengger di tubuhnya. Sungguh, itu suara lelaki terlembut yang pernah Viola dengar. Viola akhirnya mendongak sekilas, melihat siapa yang menyapa dirinya, tanpa memiliki niat untuk menjawab sedikit pun. "Mau ikut aku?" Suara indah itu pun kembali mengalun. "No," sahutnya singkat. Demi apa pun Viola tidak berniat untuk meladeni lelaki yang bahkan dirinya saja tidak tau dia siapa. "Aku belum kunci jawabannya. Kalau kamu berubah pikiran, aku ada di halte depan." Berawal dari pertemuan tersebut, membawa Viola menemukan tempat yang membuat suasana hatinya sedikit membaik. Tempat untuk melarikan diri dari semua drama hidupnya. Tetapi semenjak pertemuan tersebut, mereka tidak pernah bertemu kembali. Namun pada akhirnya semesta kembali mempertemukan mereka. Mempertemukan kepada seseorang yang pertama kali membuatkan ia kapal kertas. Seiring berjalannya waktu, kedekatan antar dua insan itu pun mulai terjalin. Dan tempat itu, masih menjadi favorit Viola, atau sekarang bisa di bilang tempat favorit mereka. Yang biasa mereka sebut sebagai tempat rahasia.