Ketika permata biru itu mulai retak,
Jalanan sunyi yang tak nampak sepeserpun bunyi setapak,
Dan jam dinding yang tak henti-hentinya terus saja berdetak,
Angin mengayunkan sebilah kayu, menggoyangkan sehelai bendera putih,
Dan hujan yang mengguyuri tanah dengan tetesan air pedih,
Terkuras tenaga sang surya hingga mulai meredup kemuning sinarnya,
Tak sadar, pertanda senja mulai tiba,
Dengan kilau merah jingganya , yang menampikkan segala gundahnya,
Terdistraksi, dan dikikis oleh gelap malam yang menampakkan segala kengeriannya,
Sunyi, sepi, semua itu menyayat nadi,
Tak terelakkan, hanya untaian doa dibalut perasaan sedih,
Terlihat Bocah kecil itu hanya terbaring,
Diam membisu dengan suara hati yang nyaring,
Ia menatap mendung , melihat sedikitnya cahaya yang terpancar dari gugusan bintang,
Cahaya yang bersembunyi dengan sedikit malunya di balutan awan,
Ditemani rasa cemas, ia hanya bisa memeluk ilalang,
Dengan harap, esok hari akan tiba dengan secercah cahaya,
Cahaya yang bisa mewarnai permata merah,
Bagaimana jika kamu menyukai sahabat mu sendiri?
Bagaimana perasaannya bila mengetahui hal ini?
Pasti dia akan terkejut.
Inilah kisah Kiara yang menyukai sahabat dari kecilnya yaitu Nadira.