Cakra percaya bahwa dirinya serupa potongan puzzle yang rumpang dan dengan terus hidup, dia bisa mengais semua penjuru akan eksistensi potongan yang menghilang. Memungutinya satu persatu guna melengkapi ia agar kembali utuh. Kalau dahulu Cakra tidak punya kekuatan untuk itu, bersama Bening dia menemukan secercah cahaya dan hangat dari lilin yang ia genggam seraya menyusuri terowongan panjang tak berujung. Segala terasa mungkin dengan dia. Namun, apa jadinya jika setitik harapan itu padam dan menyisakan gelap yang mengerubungi? Jawabannya, Cakra seolah berada di perbatasan garis hidup dan mati. Sekarat hampir kehilangan jiwanya.