"Kamu tahu sendiri Dava kalo aku cinta kamu bukan kak Andra." Lirih Anara mengungkap Isi hatinya untuk kesekian kalinya. "Dan Lo juga tau sendiri kalo gue gak cinta sama Lo! Gue disini cuma membalaskan dendam gue." Anara menahan nafasnya, seketika dadanya nyeri setelah Dava mengatakan apa yang ia rasa. Dava beranjak duduk menatap Anara dengan pandangan yang sulit diartikan. "Apa segini cukup Dav untuk balas semua dendam kamu?" Tanya Anara membeo, dirinya memalingkan wajahnya. "Kamu selalu berhasil bikin aku hancur!" Gadis itu berbalik pergi meninggalkan Dava yang masih bergeming di tempatnya. Lelaki itu duduk memandang pintu dimana Anara menghilang dari pandanganya. Senyum tipis Dava terbit tampak terlihat menyayat hati siapapun yang melihatnya. "Sampai kapanpun Lo gak akan pernah bisa gue miliki Anara. Bahkan disaat gue juga cinta sama Lo. Karena gue hanya akan selalu menjadi pecundang."