Dicarinya kontak bernama Mine itu dan langsung menekan tombol 'telpon'. 'Luke, kamu dimana?' Tanyanya dengan nada tenang namun bersuara sedikit serak. 'Aku di rumah. Still packing, you know aku berangkat ke Jepang besok..' Jawab sang pria yang berada di seberang telpon. Tepatnya dijawab dengan lirihan. 'Do you love me Luke?' 'I do.. so much as i want to leave all of this and be with you forever Joss..' pria yang dipanggil Joss itu hanya bisa memijat pelan keningnya, kehabisan cara untuk memecahkan masalahnya dan kekasihnya. Kecuali dengan satu cara itu. 'Lets runaway. I cant let you go Luke..' 'What? No. I mean.. aku gatau harus apa Joss' 'Kamu percaya sama aku kan? Please.. please Luke. i cant go on with this life without you. I want us to be together, forever.' pintanya kepada sang kekasih dengan nada bergetar, walaupun pria di seberang telpon tidak melihat bulir air mata yang ada dipipinya namun ia tahu. Pacarnya yang tidak pernah kalah dengan keadaan akhirnya menyerah. 'But how Jossie. Wake up! Kita sudah ga mungkin. We are over.' 'No. We are not. Kamu percaya kan sama aku? Aku jemput kamu besok di depan cafe biasa. Lets go baby.. percaya ya sama aku. Lets go, together.' Atau, tidak. Joss masih belum ingin menyerah dengan kehidupannya kali ini. Terdapat keheningan yang menyesakkan sebelum pria itu menjawab. '... Alright. See you tomorrow Jossie.' Luke mengira hanya ada 1000 cara untuk dirinya bisa bersama Joss yang semuanya sudah dicoba dan gagal. Tetapi kabar baiknya, Joss menciptakan 1 lagi cara agar mereka bisa bersama selamanya. Atau kabar buruk.