"Mas Rizalga... Tunangannya Ziah... Kapan buka matanya?" suaranya terdengar sangat bergetar,namun berusaha dia untuk tidak menangis. "Katanya Mas Izal bakal berusaha bahagiain Ziah, mana buktinya?... Ziah gak minta banyak, cuma minta satu..." terdengar berusaha tegar Ziah bermonolog di samping brangkar Izal. Tangannya yang nakal bergerak bebas membelai wajah Izal yang sebagian mulut dan hidung tertutupi masker oksigen. "Ziah minta Mas Izal bangun, boleh? Itu kebahagiaan yang Ziah minta. Hanya Mas Izal buka Mata dan tatap lagi Ziah. Bisa Mas kabulin?" ucapnya cepat seakan takut waktu segera berakhir. Deru nafas Ziah yang memburu semakin menggenggamkan tangannya pada sisi brankar. Tubuhnya Ziah condongkan mendekat pada telinga Izal. "Ziah gak suka liat Mas Izal kaya gini. Ziah benci seperti ini... Jadi... Dengan itu Ziah akan pergi. Mas denger Ziah kan, Ziah akan pergi! Tapi Mas Izal harus janji, Mas harus bangun dan hidup normal lagi seperti halnya sebelum bertemu Ziah." bisiknya di telinga Izal. "Ziah tau Mas Izal marah karena Ziah gak nurut saat Mas bilang untuk Ziah lari'kan? Makanya Mas Izal gak mau buka matanya kan? Maafin Ziah yah, Ziah pergi biar Mas gak marah lagi dan mau buka mata." Tanpa ragu Ziah mengucap hal gila itu. Sebelum detik kemudian kecupan lama di berikannya di kening Izal yang terbelit perban. "Selamat tinggal..." lirihnya kemudian berlalu keluar menemui lagi keluarganya. ### Akan ada banyak kejutan, yuk ramaikan. Bagi yang tidak suka bisa di skip.