Dahulu aku tak pernah membayangkan, jika mencintainya akan semenyiksa ini: semakin aku berusaha memeluknya dengan erat, semakin dalam duri itu menusuk ke relung hatiku. Aku hancur, tetapi berulangkali harus menguatkan diriku sendiri demi pernikahan yang kuyakini merupakan garis takdir. Perbedaan di antara kami bukan alasan untuk berpisah, meskipun ia sering menjadi alasan kami bertengkar. Aku sadar bahwa untuk bersatu dalam mahligai ini pun, bukan hal yang mudah bagi kami. Dunia baru ini adalah pilihanku, impian untuk menjadi Nyonya Birendra yang kini menjadi nyata. Lantas walaupun sakit acapkali mendera hati tanpa kira-kira, aku akan mencoba menjalaninya dengan ikhlas. Aku, Galuh Chandra Kirana, hanya tahu bahwa aku mencintainya, tulus.