Alka Radhika, remaja berusia enam belas tahun baru saja mengalami kecelakaan maut bersama keluarganya sampai menyebabkan sang paman meninggal. Rasa trauma menghantui gadis remaja itu sepanjang waktu. Sehingga, ia memutuskan untuk hijrah dari kampung halamannya untuk mengobati efek trauma tersebut.
Atas usul dari salah seorang sahabatnya sewaktu di Pesantren, Alka akhirnya memilih Kota Pare, Kediri, Jawa Timur, untuk menjadi tempat persinggahannya. Tepatnya, di kota kecil yang terkenal dengan sebutan Kampung Inggris. Di sana, ia dipertemukan dengan seseorang yang begitu ia kagumi. Sosok yang mampu membantunya mengurai rasa trauma yang menderanya.
Namun, siapa sangka kalau lelaki yang sudah berhasil menempati sebagian hati Alka itu adalah penyumbang trauma selanjutnya. Setelah memperlakukan gadis remaja itu dengan manis, sang pujaan hati secara tak sengaja membuatnya menangis. Kisah masa remaja yang berawal manis berujung tragis. Sebab, ada dinding tak kasat mata yang membuat keduanya tak bisa bersama.
Alka sadar akan halangan itu. ia juga tidak memiliki alasan kuat untuk menghancurkan dinding kokoh itu. Maka dari itu, Alka harus memilih. Menetap atau meninggalkan akan sama-sama menyisakan luka yang dalam. Sungguh pilihan yang tidak mudah. Akan tetapi, Alka berupaya untuk bisa bangkit. Ini memang patah hatinya yang pertama kali yang bahkan rasa nyerinya melampaui rasa trauma yang beberapa waktu lalu mengusik hati. Namun, rasa penerimaan akan takdir harus lebih besar.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan