Karena lidah adalah api. Hidup dan mati dikuasai oleh lidah. Lewat lidah, kita dapat menambah teman. Dan lewat lidah pula, kita akan menambah musuh. Ketika yang dirasa adalah takdir, ternyata hanyalah sebuah persinggahan. Dan yang sama sekali tak terpikirkan untuk menjadi masa depan, ternyata dialah takdir yang sesungguhnya. 24 anak remaja di persatukan dalam satu tim basket Nasional mewakili pulau dewata. Ini menjadi langkah awal bagi seorang Agatha Ayudya Aizel Prameswari untuk belajar arti dari sebuah tanggung jawab. Memahami bahwa ia harus mempercayai dirinya sendiri. Dan mengetahui, bahwa sebuah pemikiran tentang masa depan bisa saja hanya berakhir sebagai angan belaka. Ia memang sudah memaafkan, tapi hatinya tidak munafik. Hatinya belum, bahkan tidak akan bisa melupakan kejadian bersejarah itu. Kapten, adalah seorang pemimpin. Aizel belajar menjadi pemimpin bagi sebelas orang dalam tim-nya. Dan Aizel juga belajar, untuk bisa memimpin dirinya sendiri. Untuk bisa memimpin hatinya, akan berlabuh pada siapa.