Mimpi dan realita. Dua hal yang kadang terasa selalu berlawanan. Ternyata benar, manusia hanya bisa berencana. Terjadi tidaknya hanya Tuhan yang berkehendak penuh atas hal itu. Belajar "tidak apa-apa" atas segala yang menimpa hidupnya, Deresia memulai perjalanan yang baru. Merombak, menghapus, dan mengulur rencana-rencana yang telah rapi tergambar di dinding kamarnya. Menempuh perjalanan yang membawanya mengenal dunia. Dunia kota, karir, cinta, dan dunia nyata lain yang belum pernah ia pijak sebelumnya. Berteman luka dan air mata, mampukah Dere menghadapi kejutan-kejutan dengan hanya berbekal niat dan lapang dada? Ataukah ia menyerah dan melupakan mimpi-mimpinya?