Hidup ini terkadang tidak berjalan sesuai dengan keinginan, realita sering kali menempa kita untuk lebih tangguh menghadapi tiap rintangan itu. Rintangan demi rintangan dilewati, entah disadari atau tidak, terkadang itu memang melelahkan. Tak hanya soal tuntutan pekerjaan, namun juga sekelumit problematika akan romansa yang selalu saja tak terduga.
Ada sekitar lebih dari 271 juta penduduk yang berada diatas tanah Indonesia. Diantara 10,56 juta manusia yang hadir dan memijakkan kakinya di Ibukota Jakarta, cinta hinggap pada seorang gadis. Terbilang cukup janggal, namun, katanya cinta tidak pernah ada yang salah bukan? Kata mereka, cinta itu begitu indah. Namun, mengapa seluk beluk nya begitu sulit dipahami bagi seorang Faazri Arsanka Hadinata?
Tak ada yang meminta gadis itu untuk meraih karier yang begitu gemilang di usia muda. Gadis Ibukota yang tanguh itu memang tidak cukup rapuh untuk menempuh terjalnya hidup. Namun gadis itu tetaplah seorang hamba biasa yang dibuat rumit oleh masalah percintaan. Pemilik nama yang terpampang dalam majalah ternama se-asia itu tetap saja tersungkur lemah ketika ada yang bertanya kisah romansanya.
Ia terlalu mengabaikan perasaan yang entah sejak kapan bergetar di dalam hatinya, atas nama kobaran semangat untuk mencapai titik idealnya, ia melupakan perasaan yang sering orang katakan getaran indah itu. Bagaimana bisa, ia tidak sadar bahwa ia telah memiliki rona merah muda itu pada seorang pemuda yang nyatanya tak akan pernah bisa ia temui kembali.
Dibawah temaram lampu Ibukota dan rinai hujan yang memeluk tubuh gadis itu, bibirnya tak sanggup menahan untaian kata yang dulu sering ia dengar samar, dengung suaranya masih sama, telah lama terperangkap di dalam gendang telinganya. "Un día estaré ahí, para ti, desde ese día, siempre. Espérame."
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.