Gw terbilang ya lumayan sering lah perkenalan diri karena gw suka pindah-pindah sekolah apalagi pas SD karena ikut alm bokap yang tugasnya suka pindah-pindah setahun atau dua taun dan juga suka pindah pas mulai kerja ampe di bilang kutu loncat,
nah dari gw SD tiap gw perkenalan biasanya jokesnya kaya gini,
"hai guys, gw satria, biasa di panggil sat aja, sering juga bangsat" perkenalan gw biasanya pas ngomong gitu ada yang ga familiar sama kata-kata bangsat karena di pergaulannya mungkin beradab,
"satria baja hitam ya, haha," biasanya yang rada dominan, supel, superior atau yang rada asik nyaut begitu bre, abis itu semuanya tertawa, dan yang ngerti filmnya biasanya lanjut nanya
"robo rider apa bio rider sat?"
gw pasti bilang "bio rider"
terus gw biasanya sebelum ketawanya selesai dan roaming karena bahasan satria baja hitam gw lanjut,
sambil ikut ketawa gw tiba-tiba "bukan baja hitam sih biasanya gw biasa di panggil BIJI HITAM"
tiba-tiba semua diam
gw sambil senyum sedikit untuk menggambarkan kalo gw sebenernya pengen ngelanjutin ngejokes dan ga baper dengan becandaan alias marah,
trus semua ketawa lebih keras di banding ketawa sebelumnya, malah ada yang bilang "jorok ah"
dari SD, sampe gw mulai ngerasa sakit pinggang, gw mulai merenungi soal biji ini dengan cukup keras, kenapa jokes kita ga original, kenapa pas bilang biji harus ke arah biji penis, hingga menemukan jawabannya dari orang-orang yang tercerahkan, jadi dari biji gw mulai dapet pencerahan yang bermanfaat, ya beda level jauh si dari para orang-orang tercerahkan seperti Budha kan di pohon bodhi, Nabi Muhammad di Goa, Yesus ke padang gurun, Rene Descartes ke Belanda, mendikbud di kantornya, kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran yang tercerahkan, revolusioner, menyajikan makanan-makanan yang bisa kita nikmati hingga sekarang, makanan spiritual, makanan suci, makanan yang paling sejatinya kita butuhkan untuk sehari-hari, ada sedikit sarkas dalam paragraf ini