Rembulan. Dia, Aruna. Cantik, tapi bukan itu yang membuatku tertarik. Ia gadis sederhana yang tidak pernah berprasangka kepada siapa saja. Bukan karena tidak waspada. Hanya saja, baginya semua yang terjadi di dunia selalu ada alasannya. Aru tidak tau begitu banyak tentang hidupku. Hanya saja, entah bagaimana, Ia selalu mampu membuatku berdamai dengan diriku sendiri. Itulah langkah pertama bagiku untuk menyembuhkan luka sialan di dalam hatiku yang membuatku tak pernah merasakan hidup tenang sepuluh tahun terakhir. Dengannya aku punya sejuta gambaran tentang masa depan indah, tenang, dan menyenangkan. Dengannya pula aku mendewasa, berdamai dengan masa lalu, dan menjajaki diriku sendiri lebih dari orang lain. Karena aku, Attala, tenang bersamanya.