" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas naren." tutur una dengan lemahnya dan air mata yang tak bisa ia bendung. antara rindu dan benci melebur menyatu menjadi dilema yang besar bagi una, pilihan ingin memeluk atau pergi dari sisi kekasihnya yang kini baru kembali itu, setelah semua penderitaan yang dialami una. Naren menarik tubuh una, mendekapnya erat. Una memberontak tapi naren tidak melepaskan pelukannya, hingga perlahan berontakan itu melemah bersamaan dengan tangisan una yang pecah di dada naren, membalas pelukan itu.