Story cover for Di balik Semesta by Osseansky
Di balik Semesta
  • WpView
    Reads 2,981
  • WpVote
    Votes 182
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 2,981
  • WpVote
    Votes 182
  • WpPart
    Parts 2
Ongoing, First published Sep 22, 2021
Eurasia sangat mendambakan hidup tenang tanpa harus di libatkan dengan segala bentuk keegoisan manusia

Namun gadis itu salah besar ketika memilih melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah kejuruan swasta terbaik di jakarta, bukan nya hidup damai ia justru malah terjebak di situasi yang tidak pernah ia bayangkan dan malah membuat nya mengorek luka lama.

Akan kah Eurasia mendapatkan kehidupan yang selama ini ia inginkan atau malah sebaliknya?
All Rights Reserved
Sign up to add Di balik Semesta to your library and receive updates
or
#254pintar
Content Guidelines
You may also like
Don't Talk About Money by catheryn99
55 parts Complete
Pernah ga sih? Kalian sekelas sama anak beasiswa yang ganteng banget, pinter banget, tapi juga sombong banget. Padahal dia tuh miskin banget :( Bukannya Irin judging nih, tapi pernah sekali waktu dia sekelompok sama Tama dan maksa buat kerkel di rumahnya untuk tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia, dan Irin baru tahu, ternyata di Jakarta masih ada ya rumah yang base nya dari kayu tanpa di semen. Letaknya dalam gang kumuh yang bau sampahnya kemana-mana. Tapi jujurly, kalian ga bakal lihat Tama seperti lingkungannya itu, walau dia juga ikut milah sampah yang bisa di daur ulang atau bisa dijual lagi sama bapaknya, semua hal ini yang mendukung Tama mendapat beasiswa untuk berkuliah di universitas terbaik, di tempat yang sama dengan Irin, lewat jalur surat keterangan tidak mampu. Tapi Irin sangat kagum sama Tama, bukan karena wajahnya aja yang tampan, walau hidup Tama terlihat jauh lebih susah dari Irin yang turun naik Jazz ke kampus, Tama ga pernah sekalipun terlihat mengeluh, ga kaya Irin yang perasaan hidupnya ngeluh mulu, malah pinter juga masih pinteran Tama, makanya Irin suka sama Tama, kalo kata Irin sih suka aja, ga yang gimana-gimana, tapi Irin tuh jadi suka ngintilin Tama, minta sekelompok sama Tama, minta diajarin Tama, mau makan bareng Tama atau bawain bahkan beliin Tama makanan, nawarin Tama balik bareng, mau main ke rumah Tama, sampai Tama tuh jengah, dan dari situ Irin menyimpulkan Tama sombong berikut berpemikiran sempit. "Kamu bisa ga? Ga usah dekat-dekat dengan saya? Saya ga butuh belas kasihan kamu, Irin. Jangan bawain saya makanan lagi, ga perlu tawarin saya pulang bareng kamu karena saya bisa sendiri. Jangan masuk ke dunia saya karena kamu tidak cocok. Kamu tidak perlu menempatkan diri sebagai saya karena kamu tidak tahu bagaimana kehidupan saya berjalan. Tapi di luar semua itu, saya bisa menjalankan hidup saya sendiri, tanpa bantuan kamu" Tapi, prinsip Irin tetap satu sejak awal. "Kamu lihat aja, kamu bakal balik dan ngemis cinta sama aku!"
Fractured Cheerfulness (On Going) by Baperterussss
24 parts Ongoing
"Lo beneran bego, Fin. Gimana sih, gini aja lo ga ngerti-ngerti?" Satria menggelengkan kepala frustasi. Alfina cuma bisa cengengesan. "Jangan bosen ngajarin gue, ya." Di balik senyum yang tak pernah hilang, Alfina Adzra Wardana adalah anak yang terjebak di antara dua dunia. Dunia di mana dia terlihat ceria, ekstrovert, dan penuh semangat. Tapi ketika bel tanda pelajaran berbunyi, dia lebih memilih untuk menghindar daripada berhadapan dengan angka, rumus, atau teori-teori yang malah bikin pusing. Matematika? Ekonomi? Hanya kata-kata kosong yang dia coba terjemahkan dengan senyum yang terus dipaksakan. Satria, cowok yang dipaksa jadi tutor pribadi Alfina, udah sampai titik frustasi. "Lo bener-bener bego!" katanya, meskipun di balik itu, dia enggak bisa menahan rasa kagum pada dunia Alfina yang penuh warna dan seni. Karena ada satu hal yang Alfina tahu dengan pasti: dunia seni adalah tempat dia bisa bersinar. Setiap goresan kuas di kanvas adalah tempat dia bisa bebas, tanpa perlu penilaian orang lain. Tapi di rumah dan di sekolah, ada satu sosok yang terus dibandingkan dengan Alfina-adiknya Thalita, yang cerdas dan selalu jadi juara kelas. Alfina merasa dirinya selalu kalah. Di balik kebingungannya dan perasaan tak cukup, Alfina mencoba menemukan cara agar bisa berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi, apakah itu cukup? Dan di tengah semua itu, apakah Satria, yang frustrasi mengajar, bisa melihat potensi besar dalam diri Alfina yang selama ini dia abaikan? Apakah Alfina bisa melepaskan diri dari bayang-bayang adiknya? Apakah Satria bisa melihat lebih dari sekadar kegagalannya?
AGATHA [TERBIT] by AnggiDshifa
28 parts Complete
"Ditaksir mahasiswa fakultas kedokteran dari univ top?," Thalita Jovita merupakan seorang gadis berusia 17 tahun yang harus memulai hari demi hari nya dengan segala rintangan baru dalam hidupnya, cita-citanya menjadi seorang reporter, namun papah nya tak pernah menyetujui itu sebab dirinya selalu di paksa untuk masuk kuliah kedokteran, hidupnya seketika berubah sejak sang mamah telah tiada tepat di hari ujian pertama nya pada pada masa SMA kelas 3, membuat dirinya harus mengambil part time di sela-sela sibuknya sebagai siswi kelas akhir di bangku SMA nya. Bagaimana tidak, sang papah bahkan tak lagi peduli dengannya, setiap malam Thalita hanya berharap papah nya agar kunjung pulang namun hal itu selalu menjadi sia-sia, bahkan dirinya kerap mendapatkan perlakuan bullying saat ia memulai bekerja part time di sebuah kafe Di lain waktu, terdapat seorang remaja mahasiswa kedokteran kampus top di Indonesia yang selalu tekun dalam belajar, keluarga nya selalu mendukung di setiap langkah untuk menuai masa depan dirinya. Agara Reynand atau yang sangat akrab di panggil dengan sebutan Agara, awal pertemuan dirinya dengan Thalita ketika dirinya sedang mengerjakan tugas kuliah nya di sebuah kafe di sudut kota Jakarta Selatan, pertemuan yang tak disengaja sebab Agara bertemu gadis tersebut saat Thalita sedang mendapatkan perlakuan bullying oleh pegawai senior di kafe tersebut. Lantas, apakah keduanya akan lanjut menjadi akrab sejak kejadian tersebut? Lalu apakah Thalita juga akan selalu berdamai dengan papah nya dikemudian hari? Dan apakah cita-cita Thalita menjadi reporter itu akan terwujud? ataukah dirinya harus menuruti perintah papah nya untuk menjadi seorang dokter? Temukan jawabannya di cerita ini yaww...🌷💗
You may also like
Slide 1 of 9
Don't Talk About Money cover
Fractured Cheerfulness (On Going) cover
Cinta Dan Kasih Sayang (Writing Temporarily Suspended) cover
COOL BOY VS BAD GIRL cover
Aku Ingin Bercerita  cover
AGATHA [TERBIT] cover
The Dark Side(END) cover
Di Antara Tawa dan Tragedi  cover
Insecure [REVISI] cover

Don't Talk About Money

55 parts Complete

Pernah ga sih? Kalian sekelas sama anak beasiswa yang ganteng banget, pinter banget, tapi juga sombong banget. Padahal dia tuh miskin banget :( Bukannya Irin judging nih, tapi pernah sekali waktu dia sekelompok sama Tama dan maksa buat kerkel di rumahnya untuk tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia, dan Irin baru tahu, ternyata di Jakarta masih ada ya rumah yang base nya dari kayu tanpa di semen. Letaknya dalam gang kumuh yang bau sampahnya kemana-mana. Tapi jujurly, kalian ga bakal lihat Tama seperti lingkungannya itu, walau dia juga ikut milah sampah yang bisa di daur ulang atau bisa dijual lagi sama bapaknya, semua hal ini yang mendukung Tama mendapat beasiswa untuk berkuliah di universitas terbaik, di tempat yang sama dengan Irin, lewat jalur surat keterangan tidak mampu. Tapi Irin sangat kagum sama Tama, bukan karena wajahnya aja yang tampan, walau hidup Tama terlihat jauh lebih susah dari Irin yang turun naik Jazz ke kampus, Tama ga pernah sekalipun terlihat mengeluh, ga kaya Irin yang perasaan hidupnya ngeluh mulu, malah pinter juga masih pinteran Tama, makanya Irin suka sama Tama, kalo kata Irin sih suka aja, ga yang gimana-gimana, tapi Irin tuh jadi suka ngintilin Tama, minta sekelompok sama Tama, minta diajarin Tama, mau makan bareng Tama atau bawain bahkan beliin Tama makanan, nawarin Tama balik bareng, mau main ke rumah Tama, sampai Tama tuh jengah, dan dari situ Irin menyimpulkan Tama sombong berikut berpemikiran sempit. "Kamu bisa ga? Ga usah dekat-dekat dengan saya? Saya ga butuh belas kasihan kamu, Irin. Jangan bawain saya makanan lagi, ga perlu tawarin saya pulang bareng kamu karena saya bisa sendiri. Jangan masuk ke dunia saya karena kamu tidak cocok. Kamu tidak perlu menempatkan diri sebagai saya karena kamu tidak tahu bagaimana kehidupan saya berjalan. Tapi di luar semua itu, saya bisa menjalankan hidup saya sendiri, tanpa bantuan kamu" Tapi, prinsip Irin tetap satu sejak awal. "Kamu lihat aja, kamu bakal balik dan ngemis cinta sama aku!"