Aku punya beberapa prinsip dalam menangani masalah apa pun: • Makin sedikit orang yang terlibat, makin baik • Tangani masalah yang bisa ditangani • Minta bantuan jika masalah tidak bisa ditangani sendiri • P̶a̶s̶t̶i̶k̶a̶n̶ ̶t̶e̶m̶a̶n̶m̶u̶ ̶h̶a̶t̶i̶-̶h̶a̶t̶i̶ ̶m̶e̶n̶y̶e̶b̶e̶r̶a̶n̶g̶ ̶j̶a̶l̶a̶n̶ ̶s̶u̶p̶a̶y̶a̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶ ̶t̶e̶r̶t̶a̶b̶r̶a̶k̶ ̶b̶i̶s̶ ̶s̶e̶k̶o̶l̶a̶h̶ ̶y̶a̶n̶g̶ ̶b̶i̶s̶a̶ ̶m̶e̶m̶b̶u̶a̶t̶ ̶p̶e̶n̶y̶e̶l̶e̶s̶a̶i̶a̶n̶ ̶m̶a̶s̶a̶l̶a̶h̶ ̶m̶e̶n̶j̶a̶d̶i̶ ̶l̶e̶b̶i̶h̶ ̶s̶u̶l̶i̶t̶ Pertama-tama, anggap poin terakhir tidak ada. Aku sering dimintai bantuan oleh orang-orang untuk menyelesaikan masalah mereka, bahkan masalah terberat sekalipun. Semuanya berhasil kutangani berkat keempat ketiga prinsip tersebut. Namun kali ini aku terpaksa melanggar prinsip-prinsipku karena sahabatku sendiri. Mikail namanya. Ia baru saja putus dari pacarnya. Dia meminta bantuanku supaya mereka bisa balikan. Masalahnya, aku sama sekali buta masalah percintaan. Heck! Bahkan aku sekali pun belum pernah berpacaran. Berkali-kali kutolak permintaannya. Namun cowok itu sukses memaksaku memenuhi kemauannya. Baiklah. Keinginanmu adalah perintah untukku. Namun tetap saja aku takut. Menangani masalah ini bagaikan menjelajahi antah berantah tanpa peta. Mampukah aku membuat mereka balikan?
31 parts