MISTERI KADO

Misteri Kado

SriYM

"Bunda, ada kado dari Tante Sari di antara kado-kado yang dibuka Adik!" teriak Cempaka kepadaku.

Aku heran, bagaimana ceritanya ada kado dari Sari, sementara aku ingat betul tidak melihat Sari di antara tamu yang datang pada acara hajatan dua hari lalu, dan tak seorang pun bilang dititipi kado.

"Ada ucapannya juga kok, Bun. Jelas kado dari Tante. Ini, Bun."

Cempaka menyodorkan tiga buku, dari judulnya buku yang manfaat bagi gadis yang akan berumah tangga, dan kartu ucapan untuk Cempaka.

Kebencian Sari padaku sungguh dalam rupanya. Kunjunganku dan suami ke rumahnya mengundang dia dan suaminya untuk terlibat dalam hajatan tidak mampu menyentuh dan melumerkan hatinya. Dari mulai acara kenduri dan ijab qobul, mereka tak mau datang. Rewang? Menjejakkan kaki di halaman rumahku saja sepertinya najis.

Sejak tinggal di kampung yang sama, kami menjadi karib. Meski kami dulunya satu fakultas, tetapi beda jurusan yang membuat kami tak begitu mengenal satu sama lain saat mahasiswa. Tetapi suami Sari, Mas Joko sudah mengenalku sejak aku masih siswa SMP dan dia mahasiswa yang kos di samping rumahku. Aku dan Sari pun akrab. Tidak ada yang tidak kami bagi. Bahkan uang sepuluh ribu pun kami berbagi. Tidak ada rahasia bagiku padanya. Aku cerita semuanya, baik maupun buruk. Orang sekampung selalu bilang jika ada Sari pasti ada aku. Sungguh aku percaya dan tak pernah terpikirkan sampai di suatu titik dia membenciku begitu rupa. Memblokir komunikasi denganku. Tentu saja semua tindakan ada alasan dan ada pangkal masalah hingga sampai pada keputusan blokir memblokir. Kata maaf dan memaafkan berakhir menjadi kata semata.

Akupun mencari jawab kado yang sampai di kamar rumahku siapa yang membawa dan yang menerimanya. Semua tetangga yang membantu hajatan menjawab tidak tahu, tidak melihat Sari ke rumah.
Kado tidak punya kaki, kan? Siapa yang membawa?

***

(29/03/21)