Titisan Manusia Harimau

Aku tak tahu jika nenek moyangku masih mempunyai garis keturunan manusia harimau. Sumatera yang melegendakan asal muasal manusia harimau ternyata menitis ke moyangku, orangtuaku dan akhinya diriku. Semasa kecil aku tak mempunyai kecurigaan sedikitpun jika sedang sendirian selalu hadir menemaniku seekor kucing, yang belakangan baru kuketahui kalau itu adalah harimau yang mengecilkan wujudnya demi selalu menjaga masa kecilku. Sampai umurku genap 17 tahun barulah aku menyadari jikalau sedang marah, ada sesuatu yang merasuk ke dalam diriku. Sesuatu yang bisa membuatku lebih kuat dan perkasa sekaligus membuatku merasa tak aman karena selalu diburu oleh banyak pasang mata yang bertanya-tanya tentang jadi diriku sebenarnya.
Sejak itulah aku selalu harus bisa mengontrol emosi diriku, agar harimau tersebut tidak menguasai jasadku dan menjadikan aku sebagai wadamnya untuk melampiaskan naluri membunuhnya. Olehkarena itu ayahku memasukkan aku kepesantren agar mempunyai ilmu agama yang mumpuni sehingga bisa mengontrol dan mengendalikan roh harimau yang bersemayam dalam diriku. Aku membarenginya untuk hal-hal baik saja, dengan ilmu agama yang kental kudapatkan, aku berusaha agar titisan makhluk tersebut bisa kukendalikan untuk berbuat kebaikan umat manusia warga dimana aku berada.