Daisha merupakan gadis yang tidak percaya hal hal gaib. Baginya, orang yang bisa melihat hantu itu mustahil. Dan baginya, anak indigo itu adalah bocah bocah halu yang cari perhatian. Zayendra Rovender, lelaki dingin berdarah Belanda yang tiba tiba mengungkapkan fakta mengejutkan bagi Daisha. "Ada Arwah yang ngikutin lo." Daisha mengernyit, lalu tersenyum menyebalkan. Gadis itu merotasikan matanya malas meladeni cowok gila ini. "Lo sakit jiwa?" Gadis dengan surai Cokelat seperti kayu eboni itu memandang Zayen remeh. "Sorry, Gue bukan dokter rumah sakit jiwa. So, mending lo pergi deh dari hadapan gue. Muak gue liat bocah halu kek lo!" Di usir seperti itu, Zayen hanya diam. Ia menatap Daisha datar. "Dia itu kakak lo." "Kakak? Wah makin gak waras ini bocah. Gue tuh gak punya kakak bego!" "Dia belum tenang," Zayen masih melanjutkan ucapannya tanpa peduli wajah Daisha yang ingin mencekiknya hidup hidup. "Masih ada banyak hal yang ingin dia selesain di dunia ini. Kakak lo punya 3 permintaan," Daisha tersenyum meremehkan. "Lo harus ke Pskieter! Otak lo memang nggak waras! Konslet! Minggir gue mau ke kelas!" Daisha mendorong kasar Zayen membuat lelaki itu menyingkir memberi jalan pada gadis kepala batu itu. "Cari pelaku pembunuhnya." "Cari jasadnya." "Dan terakhir," Zayen terdiam membisu sejenak. "Dia nggak mau sendiri." Daisha terus melangkah tanpa peduli peringatan Zayen, gadis itu masih memikirkan jika Lelaki yang bicara padanya tadi, adalah Cowok gila. "Dari pada lo ganggu gue mulu, mending lo ngepet sana!" Zayen hanya diam ketika melihat Daisha yang sedang di ikuti oleh sosok gadis dengan baju putih abu abu dengan kondisi mengerikan. Wajahnya berlumuran darah, rambut panjang menutupi sebagian wajahnya, dan yang paling mengerikan, sebuah pisau tertancap tepat di perut kirinya. Sosok itu menoleh sedikit menatap Zayen lalu berkata. "Jangan ikut campur..."All Rights Reserved
1 part