21++
Mature content!
Anak kecil dilarang mendekat. Hush sanaahh.
Bijaklah dalam memilih bacaan. Dosa tanggung sendiri ya. Nggak usah bagi-bagi. Aku menulis apa yang kusuka, dan kalian silakan baca apa yang kalian suka. Kalau merasa nggak sreg sama ceritaku, tinggalkan lapak ini. Nggak perlu report, okay?
Di dalam gudang sekolah yang jauh dari keramaian siswa siswi yang sedang menikmati pentas seni kebudayaan, ada sepasang anak manusia yang tengah terjebak dalam perang manis.
"Gue bakalan hamilin lo, Ra," desis Jeff sarat akan kemarahan. Marah sebab gadisnya tampak mesra dengan seseorang saat menonton pentas seni. Mereka tampak bahagia dan mesra. Jeff tentu murka. Sangat murka.
Haura memohon dengan linangan air mata yang semakin deras membasahi wajah cantiknya.
"Plis, jangan Jeff. Aku mohon." Haura menggelengkan wajahnya ke kiri dan kanan agar bibirnya bisa menjauh dari serangan bibir Jeff. "Aku bakalan nurut, aku janji."
Seringai licik terpatri pada wajah tampan bak dewa itu. "Gue gak mau ketipu lagi sama lo."
"Aku nggak bakal membangkang lagi. Asal kamu lepasin aku, plis," mohon gadis itu sembari meronta.
"Lo pilih. Balikan sama gue, atau nurut sama apa yang gue bilang?"
Haura mendelik. "Aku udah bilang, aku nggak mau balikan sama kamu!"
"Oke, berarti lo milih opsi kedua." Setelah mengatakan itu, Jeff melepaskan cekalan tangannya.
Haura mengusap tangannya yang nyeri akibat cengkeraman Jeff. "Don't cry, Honey." Jeff langsung menyerbunya dengan kecupan basah yang menggelora.
Sungguh, Haura ingin menampar pemuda tampan yang sedang sibuk memberinya ratusan kecupan basah ini. Mungkin jika wanita lain berada di posisinya, dia akan segera menyerahkan tubuhnya secara percuma. Tapi Haura tahu, bahwa wajah tampan Jeff hanyalah kedok dari sifat iblis yang tertanam dalam tubuhnya.
"You're not My Jeff. You are a jerk!"
"Yes, I am, Sweetie." Jeff tertawa mendesis di depan wajah Haura. Lalu kembali menyerbunya dengan kecupan yang semakin tak terkendali.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan