Semuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu nelpon Abang lagi." Kata-kata Jaemin barusan, sukses membuat sang adik kehilangan kantuknya. Jisung membalikkan tubuh ke kesebelah kiri, meringkuk memegangi lengan Jaemin dengan erat. Ia ingat betul, setelah kejadian kaos kaki abangnya yang hilang sebelah, musibah beruntun datang menimpa mereka. Panggilan telepon itu seperti pertanda buruk.