✿Cerita ini hanya fiktif belaka, tidak ada sangkutpautnya dengan tokoh di dunia nyata. Bila ada kesamaan nama tokoh, alur cerita, ataupun latar, hal tersebut hanyalah ketidaksengajaan. Jangan bawa tokoh cerita lain ke dalam cerita ini, hargai saya sebagai author/pembuat cerita fiksi ini. Terima kasih.✿
"Kata Almarhumah Nenek, hujan itu anugerah dari Allah. Makanya kalo semisal Jojo gak suka sama salah satu anugerah dari-Nya, itu berarti Jojo udah ngelakuin kesalahan yang fatal. Kita sebagai manusia harus bersyukur dengan segala anugerah yang udah Allah kasih ke kita, begitu juga anugerah yang udah Allah turunkan ke Bumi, yaitu hujan"
"Tapi bukannya waktu itu Jojo bilang gak suka hujan ya? Kok sekarang malah suka sama hujan?"
"Itu kan waktu itu, sekarang beda lagi. Jojo jadi suka hujan sekarang," suara imutnya membalas. Pandangannya beralih menatap udara, seolah sedang memikirkan sesuatu, "eh tapi Bang, emang iya ya cinta juga anugerah terindah yang Allah kasih ke kita ketika kita lagi jatuh cinta sama seseorang?" tanya Jojo, kembali memandangi kedua netra Sang kakak dengan wajah kebingungan.
"Kok tiba-tiba ngebahas cinta sih kamu?" Kedua matanya seketika memicing, "jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta ya?"
"Ih, nggak! Jojo cuman nanya, Abang malah su'udzon," kesalnya, memalingkan wajah kearah lain. "Itu Nenek yang bilang, tau."
"Cinta itu bisa buat kita bahagia sebahagia-bahagianya Jo, tapi cinta juga bisa buat kita tersakiti sesakit-sakitnya. Jojo tau gak, di korannya Bapak ada banyak banget berita tentang bunuh diri karna disakiti sama pacarnya?" Jojo mengangguk polos, "nah itu, makanya Abang bilang tadi- cinta bisa aja bawa pengaruh baik dan bisa juga bawa pengaruh buruk buat seseorang yang merasakannya. Tapi Abang gak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta sih. Abang males mikirin cewek soalnya,"
"Kok ngeri ya bang?"
"Nggak akan ngeri kalo kita gak main-main sama yang namanya cinta, Jo."
Kaesar Morvayn Leonard, pemuda yang dikenal sebagai pemimpin geng Morvaylus, hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Namun, hidupnya berubah ketika ibunya mengungkap rahasia tentang ayah kandung yang selama ini tidak pernah ia kenal.
"Ibu akan menikah lagi. Keluarga calon suami Ibu... mereka tidak menerima masa lalu Ibu yang memiliki anak," ucap Marcia dengan suara serak.
"Kae, kamu harus menemui ayahmu. Kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."
Terpaksa meninggalkan rumah, Kae memulai perjalanan untuk menghadapi masa lalu dan mencari jawaban, sambil melawan kemarahan dan rasa hampa yang membelenggunya.