Dikeluarkannya pesawat kertas yang disimpan dalam tas, dibuka dan diperhatikan sekali lagi. "Apa kabar kamu? Kenapa keberadaanmu membuatku ambigu, kamu tadi ada di sana juga, kan? Kenapa tidak menampakkan diri? Jujur, terkadang hati ini ingin kembali, tetapi mengingat drama kehidupan yang kita cipta berimbas sampai detik ini, sungguh membuatku makin merutuki diri. Hadirmu laksana melodi. Menenangkan, tetapi setelah pergi membuat jiwa gamang."
Setelah puas bermonolog dengan sebuah kertas, ia menyambar pigura yang terpampang di nakas, menampilkan sebuah foto akad dirinya dengan sang suami. "Hubby, apakah perjuanganmu juga hanya sampai di sini? Janjimu untuk selalu ada dan selalu memprioritaskan istri, kenapa justru pergi tanpa memberitahu alasan seperti ini?"
Nasya mendekap pigura itu, dadanya seolah-olah terimpit, ingin menangis, tetapi air matanya habis. Ingin marah, tetapi ia lelah.
Takdir seperti apa yang menanti Nasya pasca pertemuannya dengan Azka? Faktanya Arkan pun pergi di hari yang sama. Temukan jawabannya hanya di Antal Hana, sekuel Gejolak Hati Kafka.