Aku lelah jika harus terus seperti ini, aku hanya ingin kehidupan biasa yang bahagia bersama dengan orang-orang yang aku sayang. Tapi apa boleh buat, langkah yang ku ambil sekarang sudah terlanjur jauh. "Xia, apa kau yakin dengan keputusanmu itu?" tanya seorang pria yang kini duduk di hadapanku dengan wajah yang penuh dengan kecewa dan penyesalan. "Maaf, Rik. Kau tahu sendiri kan apa alasanku dan apa yang terbaik untuk kita saat ini?" Aku menunduk tak mampu menatap matanya. Dia menghela nafas panjang dan saat aku mengangkat wajahku, dia sudah berdiri di hadapanku dan mencium keningku dengan lembut. "Aku tahu, kita tidak bisa memaksakan ini lagi. Lagipula ini juga salahku karena iseng menjahilimu. Jaga kesehatan aku akan mengunjungi kalian lain kali," ujarnya sembari mengelus pucuk kepalaku. Aku tidak bisa mengatakan apapun dan hanya melihatnya pergi menjauh dari hadapanku. Air mataku tak bisa terbendung lagi. Sakit ... kenapa dadaku terasa sakit seperti ini? "Huwaaaaa! Kenapa?!"All Rights Reserved
1 part