SENSEI, ASSALAMUALAIKUM DESU!

Inayah. Seorang guru sekaligus penulis yang disayang murid-muridnya, dipatuhi, juga ditakzimi. Begitu nyaman berbincang diselingi senda gurau bersamanya. Ia adalah motivator penyejuk hati, penyuka Negeri Sakura yang sangat sederhana. Menyemangati orang lain merupakan kapsul semangat bagi dirinya. Namun, terkadang cinta sedikit 'kurang ajar'; tega-teganya menjelma sebagai perasaan yang 'terlarang'.

Azaim Zainuddin Akbar. Remaja cerdas nan santun, serta pandai berbahasa Jepang. Ia adalah keturunan sang pendiri pesantren, titisan ulama pembasmi kemungkaran di zaman penjajahan. Darah pejuang mengalir dalam tubuh remaja berprestasi itu. Tetapi, mengapa harus ada rasa yang dapat menodai seragam putih abu-abunya? Bukankah ia masih 'dini', terlalu 'suci' untuk dikotori?

Jalaluddin Husain. Sosok dewasa penuh wibawa. Tak mudah mengeluh dan putus asa. Keluasan dan kedalaman ilmu, serta wawasan berbisnis telah matang dalam dirinya. Lebih dari itu, ia adalah laki-laki yang sangat berbakti pada sang ibu. Lalu, apa yang terjadi sebenarnya? Sampai-sampai ia terbawa arus rasa tanpa makna?

Maulaya Ilma. Cantik, periang, sekaligus penghafal Alquran. Terlahir dari keluarga syar'i, gadis itu bak putri dari Kerajaan Islami. Dialah murid yang teramat hormat pada para guru. Keindahan akhlaknya membuat ia nyaris tanpa cela. Ah, lagi-lagi tentang cinta. Remaja putri itu bukan sosok sempurna yang tak cukup mampu menepis aroma rasa 'berbahaya'.

Di tengah-tengah cinta pertama yang tiba-tiba hadir mengulur tangan; di sela-sela perasaan terlarang tak terelakkan. Di antara semua itulah kesempatan bertandang membuat bimbang. Astaga! Apa yang harus mereka lakukan?