Diatas dermaga yang langsung menghadap lautan luas, Ate memeluk dirinya dengan tatapan kosong yang mendalam, melihat surya yang sebentar lagi istirahat meninggalkan indahnya senja sore ini. Air matanya menetes membasahi pipi kanannya yang merona bak putri malu yang tersanjung di puji sang pangeran. Hatinya bergumam setelah kembali menilik apa yang telah ia lalui selama ini. Bukankah memang semua sudah berjalan sesuai takdir dan porsinya? Seperti bumi yang selalu berputar pada porosnya? Maka inilah titik terbaik menurut takdir yang harus diterimanya. Seperti bulan yang tidak akan pernah bersama dengan matahari, seperti Mughtis yang berjuang sendiri mencintai Barirah, apakah Athena dan Arthur akan mengulang kisah yang sama? "Tuhan akan menguji kita lewat apa yang kita cintai, lantas apakah Tuhan akan mengambilmu dariku?"