"Amalthea!" Amalthea segera mematikan keran wastafel saat mendengar namanya dipanggil. Terdiam sejenak menatap wajahnya di cermin, lalu berjalan keluar kamar mandi. Matanya menangkap Melviano yang sudah berganti pakaian santai sedang duduk di sofa yang ada di tengah kamar. Melviano melirik jam tangannya, "Sebentar lagi teman-teman ku sampai. Siapkan minuman dan makanan untuk mereka." Amalthea mengangguk, lalu melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Meninggalkan Melviano yang sudah asyik bermain ponsel di sofa. Kakinya menuruni anak tangga dengan menahan air mata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya. Beginilah kehidupannya semenjak menjadi kekasih Melviano sejak setahun yang lalu. Melviano selalu memperlakukannya seperti pelayan dirumahnya. Jika ada tamu, Melviano selalu menyuruhnya melayani tamu tersebut. Kecuali jika tamu itu orang tua Melviano sendiri. Jika kedua orang tua Melviano datang, pria itu akan menjadi kekasih yang romantis. Menunjukkan pada kedua orang tuanya jika mereka berdua adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Menunjukkan rasa kasih sayang, rasa khawatir, dan possesive padanya. Merangkul bahunya dengan mesra. Namun itu semua hanyalah akting yang sudah diatur Melviano. Karena jika kedua orang tua Melviano sudah pulang, pria itu akan kembali bersikap seperti biasa. Pria yang selalu bersikap kasar dan brengsek padanya. "Hai, Al." Amalthea menaikkan pandangannya, menatap satu persatu pada teman Melviano yang sudah memasuki ruang keluarga dengan tersenyum kecil. "Apa yang terjadi denganmu, Al? Kenapa mukamu penuh lebam?" Tanya Dary.