Dingin? Jutek? Sinis? Atau lebih tepatnya, apatis.
Satu kata itu seakan dirancang khusus untuk Ravindra Adiwijaya. Laki-laki berwajah manis dengan segala kepalsuannya, selalu bersembunyi di balik topeng kokoh yang ia bangun sendiri. Topeng yang dirancang begitu sempurna hingga sulit bagi siapa pun untuk melihat apa yang ada di baliknya.
Keinginan Ravin sederhana saja: lulus dari SMA Garuda Nusantara. Tidak lebih, tidak kurang. Hidupnya berjalan datar-sedatar papan triplek. Rutinitasnya hanya berputar di lingkaran sekolah, kerja, pulang, belajar, lalu tidur. Hampir dua tahun masa SMA berlalu begitu saja tanpa ada warna yang benar-benar membekas.
Namun, semesta sepertinya bosan melihat Ravin terus tenggelam dalam kehampaan. Sampai suatu hari, semesta memutuskan untuk mengacak-acak rutinitas itu. Hari di mana ia bertemu dengan Satya Hardiyanta.
Satya adalah pusat perhatian di SMA Garuda Nusantara. Berwajah tampan, dengan senyuman yang memikat, dan reputasinya sebagai pewaris keluarga kaya yang disegani. Popularitasnya tidak terbantahkan-entah itu dari penggemar yang mengidolakan ketampanannya atau dari mereka yang mengagumi kekuatannya. Namun di balik segala pesona itu, ada sisi gelap yang tak kalah mencolok: ia adalah ketua geng Ethereal, kelompok yang dikenal karena kekuasaannya dengan banyak titik hitam di dalamnya.
Namun hari itu, tidak ada tempat untuknya melarikan diri. Satya ada di depannya, menyeringai dengan tatapan matanya yang tajam dan mendominasi.
"Gak usah bohong. Gue tau nama lo Ravindra, 'kan?" ucap Satya, senyumnya miring, auranya seperti singa yang akan menangkap mangsanya, begitu mendominasi.
Ravin terdiam, tapi dalam hatinya, ia tahu. Hidupnya yang datar akan segera berubah, entah ke arah yang lebih baik atau justru lebih kacau.
•••
Start : 7 November 2021
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan