Falisha Gantari, gadis berjilbab berparas cerah dengan bola matanya yang berkilau, bibirnya mungil berwarna merah muda dan selalu menunduk tatkala bertemu dengan lawan jenis yang sedang bertamu dirumahnya untuk meminta restu dari sang ayah yang merupakan pemilik yayasan pondok pesantren sederhana di depan rumah terbuat dari bambu anyam miliknya. Falisha sedang berjuang untuk memenuhi hak pendidikan dari anak-anak yang di asuhnya bersama dengan sang ayah, hingga suatu hari Ia menemukan asa baru dalam memperjuangkan apa yang selama ini ingin Ia wujudkan.