Lagi di revisi "Aku tahu bahwa kita tidak akan pernah menjadi pasangan yang nyata, tapi setidaknya kita bisa bersikap baik satu sama lain Zoni" kataku padanya. Aku sudah tidak tahan. Air mata mulai menusuk mataku, tapi aku tidak membiarkannya jatuh. Dia menatapku dengan ekspresi aneh. Kalau aku mati di depannya, dia tidak akan pernah peduli. "Kamu tidak mengerti, kan?! Aku. Tidak. akan. pernah. mencintaimu!Aku tidak akan pernah peduli padamu. Kau menungguku setiap hari, aku pulang dan makan malam dengan mu seperti pasangan normal- kau menyedihkan. Kau bukan apa-apa! Sama sekali tidak ada apa-apanya bagiku. Kau bahkan tidak layak untuk mendengar kata-kata ku. Kau adalah pecundang yang tidak memiliki siapa-siapa, dan orang tua mu? Mereka sama seperti ku. Mereka tahu bahwa kamu tidak berharga dan ingin menyingkirkanmu" katanya dengan marah. Aku menatap matanya. Aku tidak marah padanya. Dia mengatakan yang sebenarnya. Aku bukan siapa siapa. Tidak pernah, tidak akan pernah. Saya sudah terbiasa dengan kata-kata ini sejak saya lahir. Aku mengangguk. Dia benar. Dia sangat benar.All Rights Reserved