Setelah penantian yang cukup panjang, kini aku bisa menggandeng tangan mas tampan yang aku kagumi sekian lama, dia kini telah sah menjadi imam dalam hidupku. Namun aku bingung, cucuran air mata terus berjatuhan, apakah ini air mata kebahagiaan yang selama ini aku nantikan? atau ini air mata kepedihan dan kemalangan nasib aku saat ini?.
Menjadi wanita kedua dalam hidup mas Amar memang sangat sulit, julukannya saja sudah sangat menyesakan. Mungkin di luaran sana terdengar bahwa istri kedua itu istri yang kejam, istri yang merebut kursi perempuan pertama. Namun tahukan kalian wahai para netizen di dunia luar, aku sangat kesepian, aku sangat merindukan dunia luar yang bebas.
Mas Amar kini aku miliki, namun hatinya tetap milik mba Endah istri pertamanya, Aku kira maut bisa memisahkan mereka berdua. Sehingga aku dengan penuh tekad menyelinap ke dalam hati mas Amar. Di dorong dengan cinta yang sudah lama aku pendam. Namun semua itu harus aku telan pahit, hati mas Amar tidak bergeming sedikitpun, masih berdiri kokoh untuk mba Endah.
Pernikahanku masih tetap berjalan sampai saat ini, namun aku harus kuat dengan perlakuan istimewa mas Amar kepada mba Endah, terkadang aku merasa muak dan ingin berteriak sekencangnya dan bilang " Mas, ini loh istri kamu saat ini, Anggun. Yang kamu nikahi sudah lebih dari 2 tahun. Mba Endah itu udah mati mas, sudah lama sebelum pernikahan kita ".
Aku ingin pergi dan keluar dari semua ini, aku sungguh muak, lelah, dan benci dengan semua ini namun apalah daya, aku hanya bisa tersungkur dan menangis di balik pintu kamarku. setiap malam mas Amar hanya menginap di kamarnya mba Endah tanpa menghiraukan istrinya yang selalu tidur sendirian dari awal pernikahan kami,
Ketika aku mulai mengemasi barang-barangku, tiba-tiba tangan dingin mas Amar terasa hangat menyentuh lembut tanganku, dan akhirnya memelukku tanpa kata. " Apakah mas Amar sudah kembali dan sekarang menjadi suamiku yang sesungguhnya ?, dan mba Endah bukan lagi satu-satunya istri dia?"