Kepala ku rasanya mau pecah. Sesak sekali, kala nama itu kembali ku sebut dalam heningnya malam. Kembali ku ceritakan, bagaimana dulu dia yang ku sebut sempurna, kini menghilang dalam sekejap mata. Bukan perpisahan yang ku tangisi. Bukan pula pertemuan yang ku sesali. Bahkan aku sendiri saja bingung, mengapa aku masih betah menatap bintang seolah ia adalah kau? Mengapa aku masih membiarkan cairan bening itu terjun bebas dari tempatnya? Mengapa aku masih berbicara pada malam, seolah aku sedang berbincang denganmu? Mengapa aku masih belum bisa merelakan mu? Ku mohon jangan tanyakan itu. Pertanyaan atas jawaban yang tak pernah ku siapkan.All Rights Reserved
1 part