"Ta, aku tau ada hal yang nggak aku tau. Aku mungkin kecewa karena selama ini kamu bohong, tapi kekecewaan yang begitu besar ini harus dibayar impas."
"Jelasin sekarang juga atau aku cari kebenarannya lewat mulut Caka."
"Run ... k-kamu salah paham." ujung-ujung jari Dipta mendingin, ia mengulur waktu sembari otaknya dituntut keras mencari jawaban sebagai jalan keluar.
"Salah paham kamu bilang??" Runa mengerutkan kening, menelisik lebih jauh pernyataan Dipta barusan.
"Kamu kehilangan aku gara-gara Caka. Tapi sekali pun kamu nggak pernah marah sama dia, 'kan? Kalian berhubungan baik seolah aku ini milik bersama." air mata Runa luruh, susah payah ia mengatur nafas demi menyelesaikan kalimat berikutnya.
"Sekarang saat bahkan kuburan Papa belum kering, kamu mendadak minta aku cerai dan balik lagi ke kamu. Kemana aja kamu selama ini? Kenapa baru sekarang??" nada bicaranya lirih namun menyiratkan banyak kesedihan.
"Runa ... a-aku punya alasan."
"Kasih tau alasannya sekarang, Dipta!"