"Kok jahat, si, Al?"
"Kamu bodoh!"
Inara menatap Alan dalam, lalu smirk-nya keluar sendiri.
"Hah benar. Aku bodoh. Aku pikir selama ini kita sama-sama berjuang, ternyata, semuanya cuma permainan. Iya. Kamu benar. Aku bodoh. Bodoh karena ngasih kesempatan buat orang yang..."
Perkataannya terjeda. Napasnya keluar begitu saja. Dia membuang tatapannya sekilas sebelum akhirnya menatap Alan lagi. Sebenarnya, dia merasakan sakit di dadanya.
"Kamu bahkan nggak tahu arti dari sebuah kepercayaan," lanjut gadis itu.
Inara tertawa lagi, dan yang ini sangat jelas bahwa dia sedang tertekan.
"Bahkan sekalipun kamu nggak pernah minta maaf, Al. Kamu cuma mengakui kesalahan dan terus saja mengulang. Kamu mengaku menyesal cuma buat nahan aku di sini. Kamu main sama cewe lain, dan aku cemburu? Iya benar aku cemburu. Tapi, kenapa malah kamu yang marah dan harus aku yang minta maaf? Aku terus saja minta maaf cuma buat hubungan ini tetap lanjut."
"Ah benar, kamu nggak salah. Aku yang salah memperjuangkan orang. Aku menyesal sudah membuang-buang waktu buat hubungan ini," tambahnya lagi untuk yang terakhir kali.
🍃🍃🍃🍃🍃
Pernah penasaran kisah asmara antara pemilik mental illness dan anak dari keluarga broken home?
Maka kalian berada di ruang yang tepat.
Aralyn Inara yang tidak pernah diharapkan kehadirannya memiliki kekasih bernama Reyhan Altair Faeyza yang berasal dari keluarga berantakan.
Karena dunianya, Inara mengidap depresi mayor. Dan nahasnya , dia terjebak dalam hubungan bersama Alan yang psikopat.
"Aku benci semuanya yang ada di dunia ini. Aku muak dengan hidupku. Aku benci diriku sendiri!! -Aralyn Inara
Bacalah biar emosi.
Baru beberapa kali bertemu, dua manusia berbeda jenis kelamin itu memilih untuk melangsungkan pernikahan.
Mereka menikah bukan karena cinta. Mereka juga bukan menikah kontrak seperti yang dilakukan tokoh fiktif di dalam drama atau novel. Mereka menikah atas kemauan sendiri.
Menikah, hidup satu atap, tapi mereka fokus pada diri masing-masing. Terlalu aneh menyebut hubungan mereka sebagai pernikahan, tapi nyatanya mereka menikah sah secara hukum dan agama.
Karena perkenalan yang terlalu singkat, membuat mereka menyadari betapa berbedanya kepribadian satu sama lain. Ada saja hal-hal kecil yang mereka perdebatkan.
Bisakah mereka hidup bersama meski tanpa cinta? Atau justru cinta akan datang seiring kebersamaan mereka?