Kulihat dari jauh pria yang sedang menatap laut di lambung kiri kapal itu. "Cepetan, Ca! Salim sama Kak Johan!" Aku menatap sebal teman-temanku. Ada-ada saja memang. Inilah alasan aku tidak pernah menyukai permainan truth or dare. "Kalau Kak Johannya nggak mau, nggak apa-apa, kan? Nggak usah maksa?" tanyaku memastikan kepada teman-temanku. "Iya, nggak apa-apa! Udah, sana cepetan!" "Iya, iya." Aku mulai berjalan mendekati kakak kelasku yang sedang menjadi targetku karena mendapat dare dari permainan tidak jelas itu. "Maaf, Kak. Saya lagi main ToD sama temen-temen saya, boleh salim, Kak?" "Nggak," jawab lelaki itu singkat. Aku mengerutkan dahi, kemudian bertanya lagi. "Bolehnya apa, Kak?" "Jadi pacar saya." Semuanya berawal dari sana. --- "Tanjung Nusanive akan terus hidup di dalam memori kepalaku, bahkan jika aku sudah berumur seratus tahun sekalipun, ingatan itu tak akan pernah hilang." -Johan Purnama ArjaAll Rights Reserved
1 part