"Ma, Gibran kalau sudah besar mau jadi seorang penulis, ya." Ucap seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun kala itu. "Kenapa Gibran mau jadi seorang penulis? Bukankah menjadi dokter atau pengusaha jauh lebih baik?" tanya seorang wanita paruh dengan tatapan yang mulai agak sayu. "Gibran pokoknya mau jadi penulis, Ma." sungutnya. "Apapun cita-cita jagoan kecil Mama akan Mama dukung, sayang." sahut wanita paruh baya sembari memberi senyum kepada buah hatinya itu. "Gibran sayang Mama, Gibran janji akan bikin Mama bangga!" janji lelaki kecil itu kemudian langsung memeluk sang empu. Hingga kecelakaan maut merenggut kebahagiaan mereka hari itu. Gibran Athala harus kehilangan sosok wanita yang ia sebut Mama. Semua kehidupannya seketika berubah, berbalik arah. Tidak ada lagi dongeng malam hari, tidak ada lagi sosok yang selalu mendengar ocehannya. Semua berganti pilu, dan tangisan. *** Sebuah cerita yang dipersembahkan untuk seseorang diluar sana yang mungkin mengalami hal yang serupa dengan karakter utama cerita ini. Semangat untuk kalian, jangan pantang menyerah. Roda kehidupan akan selalu berputar. Best Regard Buluketekceye