"Kamu gak punya malu, ya?" Laki-laki berbadan tinggi itu menatap risih pada seorang perempuan di hadapannya. Sedangkan sang empu, dia semakin menampilkan lesung pipinya, tersenyum manis pada si Janu-nama laki-laki tersebut. "Tapi gue suka gangguin lo." Menghela napas, Janu semakin geram dengan tingkahnya. Tidak ada kata 'menyerah' di dalam kamus seorang Lavanya, untuk mencari celah ke dalam hidup Janu. Pemuda berwatak ketus terhadap lawan jenis. Bukan tidak mau bersosialisasi, hanya saja Janu sulit didekati karena dia takut untuk mencintai. Takut menambah pikiran lantaran baginya, semua gadis itu penuh misteri. Dan Lava adalah salah satunya. "Pergi, Lava." "Gak mau, Gue mau di sini." "Aku harap kamu akan menyesal karena terus seperti ini," putus Janu seraya berbalik pergi. Meninggalkan Lavanya sendiri. Dia tidak sadar apa yang hendak gadis itu katakan. Lava pun hanya menatap lurus ke arah Janu yang semakin menghilang di balik koridor. "Gue butuh lo, Janu." *** Janu tidak suka diusik. Apalagi jika soal dirinya yang tidak memiliki segalanya di dunia ini. Karena itu, dia mencoba menjadi pemuda yang tidak boleh lengah. Sedangkan Lava, dia hanya mau menjadi remaja pada umumnya. Melakukan semua yang dia inginkan tanpa perlu memikirkan konsekuensinya. Mereka sama-sama ingin kebebasan. Namun, semesta tidak pernah mau membiarkannya. *** cover by Pinterest @wowovlyy
14 parts