Disini, tidak ada pihak bersalah. Takdir yang menentukan. Seolah Tuhan mempertemukan, namun tidak mempersatukan. * * * "Iki, masih membadut?" Pertanyaan yang dilontarkan Adelard membuat Rifky menoleh ke meja seberang. Meja dimana tempat crush nya duduk dengan si mas pacar. Awan. Rifky kembali menatap Adelard dengan raut santai. "Sebenarnya, ini bukan membadut, cuma--" "Memperjuangkan apa yang sebelumnya jadi milik lo kan? Sumpah, gue gedek sama kata kata itu. Kadang gue yang kesel sendiri ngeliat lo. Dalam pandangan gue lo kayak jadi tempat pelampiasan kalo dia bosen. Heran gue sama lo. Bisa bisanya sekuat itu."