Ayla Dan Lukanya

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Ayla. Suara tajamnya memecah keheningan koridor sekolah.

"Lo nggak boleh lebih baik dari gue, Ayla," bisik Velina dingin. "Lo ditakdirkan jadi pecundang."

Ayla menatapnya penuh amarah. Tangannya terangkat-tapi sebelum sempat membalas, Bagas datang dan menahan pergelangannya.

"Berhenti, Ayla!" hardiknya. "Lo bisa nggak sih berhenti jahat sama saudara lo sendiri?"

Ayla tertegun. "Ini nggak kayak yang lo liat. Gue-"

"Tapi yang gue liat, lo mau nyakitin Velina."

Velina bicara lirih, menunduk manis. "Aku yang salah, kok. Aku nggak sengaja nyenggol Ayla. Dia wajar marah..."

Ayla terdiam. Matanya memerah, tapi senyumnya getir.

"Capek gue ngadepin drama queen kayak lo."

Dia pergi, meninggalkan mereka.

"Makasih ya, Gas," kata Velina manis.
"Sama-sama, Vel."

Ayla mendengarnya dari kejauhan. Kali ini dia tidak marah. Hanya... hampa.

Seperti biasa, Velina yang menang. Dan gue? Tetap sendiri.