Story cover for Change Andira Stupid! by ponyolith
Change Andira Stupid!
  • WpView
    Reads 168
  • WpVote
    Votes 23
  • WpPart
    Parts 8
  • WpView
    Reads 168
  • WpVote
    Votes 23
  • WpPart
    Parts 8
Ongoing, First published Dec 06, 2021
Kemana Rara harus pulang, jika bangunan itu hanya namanya saja Rumah?. Rumah sebenarnya adalah Tempat untuk beristirahat, berlindung, dan tempat untuk pulang. Tapi bagaimana rumah Rara? Di rumah dia selalu disiksa, dituduh tanpa ada seorangpun yang membelanya. 

Mamanya terlalu sibuk, dan sangat jarang ada dirumah. Bi Ina? Pak tio? Dia hanya bawahan, yang bekerja dirumah itu. Tidak mungkin kan dia bisa membantah majikannya?.

Dan sekarang mungkin Rara sudah menyerah, karena seberapa kuat dia mencoba untuk meluluhkan mereka bertiga. Tapi tidak ada yang berubah.

"Maafkan aku tuhan" kalimat terakhir yang Rara ucapkan dengan Isak tangis yang terdengar dari bibirnya. Dan setelah itu dia menggores pergelangan tangannya.


••••


Kelopak mata gadis itu bergerak, mencoba untuk membukanya. Yang gadis itu rasakan, kelopak matanya terasa berat. Tetapi gadis itu tidak menyerah,  Perlahan tapi pasti matanya terbuka perlahan. Beberapa kali gadis itu terlihat mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk kepenglihatannya. Atap dengan warna putih gading, yang pertama kali dia lihat. Walaupun masih terlihat buram.

"Apakah aku koma terlalu lama karena habis di tabrak??"pikirnya dalam hati. 


••••••


"Aku ingin pulang!!" Teriakannya dalam hati
Bagaimana kamu tidak stres jika satu keluarga asing yang Kamu tidak ketahui tiba tiba mengaku kalau mereka keluargamu. Padahal kamu masih ingat dengan jelas wajah keluarga yang sudah melahirkan dan merawat mu dari kecil.




(gambar by pinterest)
All Rights Reserved
Sign up to add Change Andira Stupid! to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Become an Extra or Main Character [END] by abcde_zzZZ
36 parts Complete
Sebuah pertanyaan. Bagaimana caranya untuk bahagia? . . . Seorang perempuan yang hidup tanpa kebahagaiaan, kini mendapatkannya dengan mudah. Caranya? Tidak ada. Kebahagiaannya itu lenyap seolah ditelan bumi sejak ia lahir dan membuka matanya. Kehidupannya yang miris sungguh sangat disayangkan. Tapi, satu kejadian yang ia anggap itu adalah awal kebahagiaannya adalah... Saat ayahnya sendiri yang mengambil nyawanya. Sebuah kebahagiaan yang perempuan itu dapatkan sekian lama, akhirnya lenyap lagi karena suatu hal yang kembali terulang. Dalam mimpinya, seorang gadis memberinya harapan dengan hidup bahagia bersama orang-orang yang akan mencintainya. Tapi itu pun kembali lenyap seakan kebahagiaan enggan untuk dimiliki oleh perempuan itu. • • • Apakah kehidupan keduanya ini bisa menebus penderitaannya? Jika bisa, bagaimana cara mempertahankannya? Dan jawabannya selalu, TIDAK. • • • " Katanya, kebahagiaan tidak bisa terus dimiliki. Layaknya roda berputar, semua hal bisa didapatkan, meski itu hal yang tidak diinginkan. Semua hal yang didapatkan tidak akan selalu hal baik. Baik di dunia manapun, hal baik tidak selalu tetap. Itu bukanlah hal yang kekal. Tidak perlu juga mencari apa itu kebahagiaan dan bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan. Karena saat mensyukuri semua yang kita miliki, saat itu juga kita akan merasakan kebahagiaan dengan cukup." Ucap seseorang yang sudah terbiasa menerima kebahagiaan selama hidupnya dan tidak pernah tahu apa itu kesengsaraan. . . . ⚠️⚠️⚠️ →Cerita ini murni hasil imajinasi saya sendiri❗ →Tidak menerima plagiarisme dalam bentuk apapun❗ →Mohon maaf jika mungkin ada beberapa kata yang kurang tepat atau salah pengetikan, dan juga mungkin ada kesamaan dalam nama atau watak karakter. ⚠️⚠️⚠️ ♡♡♡
You may also like
Slide 1 of 8
SUARA BIA (TAMAT) cover
ELANG [End] cover
Sefrekuensi {ON GOING} cover
CLOSER cover
Become an Extra or Main Character [END] cover
BETWEEN cover
GRIZLEN {On Going} cover
Deberìa Redirme? (End)  cover

SUARA BIA (TAMAT)

47 parts Complete

"Bia, Ibu tahu, ini semua hanya keisenganmu untuk lari dari hukuman. Tapi hukuman tetaplah hukuman, Bia. Kau tidak bisa lari dari itu." Lanjut sang Guru menyadarkan Bia dari lamunannya. Sorot matanya penuh kekecewaan. Tangannya mengepal, mencengkeram erat rok biru yang ia kenakan. Ia merasa tersudut. Tak ada yang mendengarkannya. Tak ada yang memahaminya. Tidak kedua orang tuanya, tidak juga tempat yang konon disebut rumah keduanya. Sekolah. Sedetik kemudian Bia bangkit dari kursi. Mengambil kertas dan pena yang ada. Lugas, ia menuliskan sesuatu dengan tangan kecil yang penuh luka itu. Getar terlihat dari tangannya. Guru itu memandang bertanya-tanya. Namun Bia tak peduli. Ia meletakkan pena itu, lalu dengan cepat melipat kertas itu. Tanpa permisi, Bia meninggalkan ruangan dan sang guru yang masih tak mengerti aksi apa lagi yang akan dilakukan siswi itu. Langkahnya cepat. Tujuannya terhenti pada kotak saran yang usang. Kotak yang terbuat dari kayu itu tampak berdebu dan diselimuti sarang laba-laba. Bia menelan salivanya. Menatap lurus pada kotak itu dengan sedikit sisa-sisa harapan yang ada. *** ⚠️Semua yang ditulis adalah murni imajinasi penulis. Vote dan komentar yang diberikan akan sangat berharga/memberikan semangat penulis untuk membuat kisah selanjutnya. Selamat membaca, semoga terhibur dan terimakasih telah menyempatkan waktu untuk membaca :) ❤️