Dear Auristela

Awal Bulan November, dimana rintik hujan mulai menyirami kota dengan airnya. Rea tidak pernah menduga bahwa Semesta punya sejuta kejutan untuknya. Rea juga tidak menyangka kalau semua yang sudah ia tata rapi dalam kehidupannya harus luluh lantak hanya dengan sentuhan halus dari sang semesta.

"Bahagia ga perlu muluk muluk, Re. Jangan kaya Sultan tetangga sebelah Rumah gue yang bahagia kalo ada duitnya doang. Bahagia itu cukup lo tersenyum, putar hal hal menyenangkan yang ada di bagian memori terindah lo."

"Gue bukan malaikat ataupun penyelamat buat Lo Rea. Gue cuma teman yang Tuhan kirim buat lo supaya lo bisa lebih menikmati hidup dengan Khidmat tanpa harus lelah sama segalanya."

"Kalau lelah istirahat Rea, semesta itu paling suka lihat lo istirahat karena itu artinya kalau lo udah baik baik aja nanti. Semesta akan kasih ujian yang lebih besar buat lo hadapi."

"Semesta itu sendirian Rea, engga kaya kita yang bisa berdua bertiga berempat atau sampai bersepuluh. Makanya Semesta suka cari hiburan biar dia engga bosen. Ya salah satunya mengusik kehidupan kita."

"Tujuan hidup gue engga Neko-Neko. Gue cuma mau jadi orang terkuat di saat lo rapuh."

Cerita ini bukan tentang cinta membara atau luka yang merana. Cerita ini hanya tentang bagaimana semua orang yang hidup di dalamnya mengikuti alur yang sudah di rencanakan oleh Tuhan dan Alam semestanya.