TELAH TERBIT DI PENERBIT LOVRINZ "Jangan mendekat! Ada bom di sini! Tolong, suruh orang-orang menjauh!" Tiga puluh lima detik lagi. Aya sudah menyerah. Mustahil belitan tali tas itu bisa terlepas. Ia akhirnya memilih duduk sembari memejamkan mata. Perlahan tubuhnya merendah untuk bersujud. "Hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maulaa wa ni'man nasiir. Laa haula wa laa quwwata billahil 'aliyyil adzim. Laailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimiin,"¹ ucap Aya sembari menahan air mata. Dua puluh detik lagi, Aya pasrah menerima kenyataan, bahwa ia akan meninggal seperti ayahnya. Tiada berjasad, tiada bernisan, tiada didoakan, dan akan dikutuk sepanjang kejadian hari ini ada di dalam ingatan. Aya terbayang wajah ibu yang mengatakan Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar. Namun, hari ini, ia sudah ikhlas bila harus mati dalam kehinaan. Aya bangkit dari sujudnya. "ALLAHUAKBAR!" pekiknya bersamaan dengan meletusnya bom tersebut. DUAR!
28 parts