Hari itu, segalanya terasa berbeda. Angin berhembus begitu kencang, hingga ranting-ranting meranggas. Lonceng sekolah tua bergabung bersama bunyi pepohonan atau apa saja yang ditampar angin. Dentingnya keras dan deras. Para pejalan seketika berubah menjadi pelari tatkala melintasi sekolah tua kosong itu dengan raut ketakutan. Himeka mengamati segalanya yang masih berada dalam jarak pandangnya, di balik pintu kaca menuju balkon kamar di lantai dua. Rumah Bibi, tempatnya tinggal, berseberangan dengan sekolah itu.
Detik berikutnya, pupil Himeka membesar. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihat, tangannya bergerak cepat untuk mengucek kedua mata. Ketika kelopak matanya terbuka, aku terpaksa harus percaya tidak ada yang salah dengan mataku dan tadi tidak ada halusinasi, di sana ia memang ada. Iris yang begitu gelap itu tepat menembak iris cokelat milik Himeka dan tidak ada emosi sama sekali di wajahnya, sementara jemarinya mencengkram gerbang besi sekolah yang sudah amat berkarat. Lalu surat itu datang ditengah cuaca gelap.
[ 13 8 9 8 9 1 5 11 ]
"M, H, I, H, I, A, E, K ... HI, HIMEKA?"
Dan angin seketika menerbangkannya, sontak Himeka berputar, mengikuti kertas itu. Masih dengan segala keterkejutan perihal dari mana datangnya surat yang berisi sapaan untuknya, sosok berseragam yang mencengkram gerbang sekolah tua itu muncul kembali, dan dia ... menyeringai.
"Jangan jadi angin buat gue gerr." Kata gadis berambut gelombang nan panjang yang sedang duduk termangu di sebuah kursi panjang berwarna coklat.
"Walaupun gue berjanji, tapi suatu saat gue pasti akan mengingkarinya." Jawab gerry dengan nada yang cukup pelan didahului angin kencang yang terasa dingin.
"Apa karna kita bertolak belakang karna keadaan?" Geisha sudah sangat sesak di dadanya. Entah kenapa.
Gerry berdiri lalu membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkan geisha sendiri, tepatnya di dekat lampu taman dengan sinarnya yang sangat terang.
Tak terasa bulir bulir air dari langit tepat jatuh di sepatu geisha yang sedang memakai sepatu slop berwarna putih dan hiasan bunga yang melingkari kakinya. Dibarengi dengan bulir bulir air mata yang jatuh tepat di pelipis pipinya.
Copyright. 2016 By Milaanisah
Telah direvisi ✓