Story cover for Leader of The Lucifer [Noren] by cerisesdoucess
Leader of The Lucifer [Noren]
  • WpView
    Reads 1,407
  • WpVote
    Votes 148
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 1,407
  • WpVote
    Votes 148
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published Dec 19, 2021
[ON HOLD]

The Lucifer adalah satu dari beberapa kelompok terkenal di Jakarta. The Lucifer adalah kelompok yang paling ditakuti di arena dan kampus. Apalagi dengan Leader nya, Jeviar Norald.

Tapi kehadiran Renfandra, lelaki mungil yang membuat banyak perubahan dalam hidup Jevier. Dan pertolongan Jevier membuat Renfandra merasa aman. Sampai mereka lupa bahwa perasaan mereka melanggar hukum alam semesta dan norma. Apakah mereka akan melawan hukum alam semesta dan norma?
.
.
.
.
.
.

▪bxb
▪Noren, slight markmin, dotae dan johnil
▪Local Universe
▪Just fiction
▪Harsh words⚠️
▪tw // mention of alchohol, mental issues, homophobic, cigarette.
▪tw akan bertambah jika dibutuhkan.
All Rights Reserved
Sign up to add Leader of The Lucifer [Noren] to your library and receive updates
or
#64johnil
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓ cover
EDELWEISS : The Destiny Of Us cover
Amin yang sama || Markren ✓ cover
FALLEN ANGEL [NOREN] cover
The Mafia || [MarkHyuck]✔️✔️ cover
Just About You | Markhyuck cover
na jaemin harem  cover
Di Jogja Kita Bertemu || NoRen cover
Bothered Pain [NOREN ft. Jisung]✓ [Sudah Terbit] cover

Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓

15 parts Complete

Novel bisa dibeli di Shopee Jaehana_Store BAGIAN KEDUA SAPTA HARSA VERSI NOVEL || KLANDESTIN UNIVERSE "Kenapa lo jahat sama gue! Kenapa kemarin lo pergi? Kenapa? Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo tega, Jen?" Haikal tak bisa lagi menahan kesedihan yang telah menumpuk di dalam dirinya. Jendral hanya tertawa kecil. "Lo ngomong apasih, Kal? Gue nggak pergi ke mana-mana, kita kan selalu sama-sama. Gue mana pernah ninggalin lo. Ayo ikut, gabung sama yang lain." Ia menarik tangan Haikal, mengajaknya berlari menuju sisi lain dari air mancur itu. Di sana, semua anggota Klandestin berkumpul. Beberapa duduk di atas ayunan yang berderit pelan, ayunan tersebut dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang mengelilinginya. "Bang Haikal! Kenapa telat? Kita nungguin loh!" seru Cakra. "Kal, sini, ada mainan yang cocok buat lo," tambah Reihan. Namun, Haikal menggeleng. Ia justru menggenggam erat tangan Jendral di sampingnya. "Kenapa, Mbul? Main sana," Jendral menatapnya dengan heran. Haikal menggeleng lagi, kali ini dengan lebih kuat. "Gue takut," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Takut?" Jendral tertawa, seolah-olah hal itu adalah lelucon. "Seorang Haikal takut?" Haikal mengangguk, menahan diri untuk tidak menangis. "Gue takut kalo genggaman tangan gue lepas, lo bakalan pergi."