Jazz sering kali didekati oleh banyak perempuan di sekolahnya, tetapi itu tidak pernah terarah kepadanya, melainkan kepada sahabatnya- Madhava.
Mirip seperti bayangan tubuh seseorang begitu berjalan, ia akan selalu di belakang, menjadi abu-abu, tidak nyata, dan hanya transparan.
Mungkin begitulah deskripsi peran seorang Jazz.
Namun, seorang perempuan lain datang dan menggubris semua opini yang muncul di kepala Jazz hari itu.
Dia bilang, "You are not a shadow, but the main character now."
"Cerita series Madhava udah selesai, sekarang cerita series lo yang dimulai, Jazz."
"Gue jadi pemeran utama?" Jazz terkekeh di tempat.
"Yap, karena gue pemeran utama juga, jadi dia butuh pasangan di ceritanya."
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan