Cerita ini berkolaborasi dengan @sylost Jika biasanya orang-orang saat sekolah online akan belajar online, menonton drama, dan lain sebagainya. Berbeda dengan perempuan yang kini tengah terduduk diranjang yang ada di kamarnya. Ruqayyah El-Zara, seorang perempuan yang kini tengah terduduk di tahun kedua SMA nya. Zara bersekolah bukan di sekolah pada umumnya, melainkan di sebuah pesantren yang cukup terkenal di kotanya. Zara termasuk anak yang cukup pintar dalam pelajaran umum namun tidak dalam pelajaran agama. Walau bisa dibilang nilainya tak seburuk itu, namun tetap saja, ia tidak terlalu puas dengan hasilnya. Tapi... Mungkin bagi sebagian orang, seorang anak yang bersekolah di pesantren menikah di usia muda sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tidak bagi pesantren yang kini menjadi tempat belajar seorang Ruqayyah El-Zara saat ini. Dimana pesantrennya tersebut anak-anak muridnya tidak lagi berpikir demikian. Pola pikir mereka bukan lagi setelah lulus akan menikah, melainkan pola pikir mereka adalah setelah lulus akan melanjutkan kuliah dimana. Bagi mereka juga, menikah muda untuk zaman yang sudah canggih dan serba modern ini sangat bukan diri mereka. Singkatnya, mereka bukan lagi generasi lulusan pesantren akan menikah melainkan mereka kini generasi lulus pesantren akan melanjutkan kuliah dan menikah mungkin saat usia mereka menginjak 20 tahunan atau lebih. Jika demikian bagaimana nasib seorang Ruqayyah El-Zara? Jalankan lulus kuliah, kini bahkan ia masih duduk dibangku SMA. Jika boleh jujur, tentu saja Zara masih mau melanjutkan pendidikannya. Tapi, mendengar kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan calon suaminya itu sedikit membuat pertahanan Zara goyah. Bagaimana tidak? Pasalnya kedua orang tuanya sangat bersemangat saat berbincang-bincang dengan calon suaminya itu apalagi sang ibu, Zara bisa mendengar suara ketiganya walau terdengar sedikit samar.
1 part