[✓]Twins : Haechan dan Jaemin
  • Reads 53,405
  • Votes 3,431
  • Parts 30
  • Reads 53,405
  • Votes 3,431
  • Parts 30
Complete, First published Dec 31, 2021
❝Gue seneng bisa jadi saudara kembar lo zam.❞

bagaimana menceritakannya ya? Hazril dan Nazam adalah anak kembar yang harus menghadapi kejamnya dunia. Mereka terpisah dan kemudian bertemu namun harus berpisah kembali? Kenapa?


/_________^T W I N S^_________\



|Edisi Haechan jaemin, konflik gak berat| 
•End
•ini hanya cerita fiksi 
•note : maaf kalo banyak typo, dan kalo ceritanya gaje, trmks
•••
Star : 31 - Des - 2021
End : 10 - Feb - 2022
© Copyright, 2021 - 2022
© Sep124
Story by Wilma S.R.
All Rights Reserved
Sign up to add [✓]Twins : Haechan dan Jaemin to your library and receive updates
or
#376twins
Content Guidelines
You may also like
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ] by Chani_Bee
59 parts Complete
PART MASIH LENGKAP 𝙳𝚒𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞. 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚒𝚊𝚢𝚊. 𝙸𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚜𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚖𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚗𝚊𝚏𝚊𝚜 𝚙𝚞𝚗 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊, 𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚍𝚛𝚊𝚜𝚝𝚒𝚜 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚘𝚕𝚘𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚎𝚛𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚏𝚊𝚔𝚝𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚒𝚊 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊.
You may also like
Slide 1 of 10
Why Me? || Zhong Chenle cover
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ] cover
Save Me cover
be yourself || chenle & jisung  cover
Hypomone {ὑπομονή} || cover
The Little Prince (Lengkap) cover
mian ( End)  cover
THEORUZ cover
Dear Alvareza || Park Jisung (END)  cover
Gardenia [Selesai]✓ cover

Why Me? || Zhong Chenle

30 parts Ongoing

(BROTHERSHIP + FAMILY) Jika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang selalu membuat kita aman dan dapat berteduh dari kekacauan dunia. Atau kita melihat rumah seperti bangunan yang tidak mempunyai arti khusus, yang meski pulang dengan keadaan kacau balau, kita tetap tidak merasa keramahan dunia. Terkadang kita harus mengerti bahwa tidak semua rumah itu ramah. Tidak semua rumah bisa dijadikan tempat pulang, beberapa rumah justru memberi luka paling banyak. "Apakah suatu saat aku juga akan menemukan keharmonisan dalam kata pulang? Atau justru sama sekali tidak?" Pertanyaan itu selalu muncul setiap kali Naren menginjakkan kakinya di bangunan hampa yang ia sebut sebagai rumah. Naren selalu iri, iri dengan mereka yang memiliki keharmonisan dalam kata 'pulang.'