"Jehan," bisikku pelan memperingatinya. "Diem atau gue cium." Ancamnya masih dengan mata tertutup. Dia selalu seperti ini. Melakukan semua semaunya sendiri. Jika tidak bisa mendapat apa yang ia mau, ia akan mulai mengancam, seperti saat ini contohnya. Aku memilih diam. Percuma saja, aku tidak berani membantah perintahnya. Pernah suatu ketika aku membangkang, lalu keesokan harinya, teman-temannya memukuliku di sekolah. Aku juga tak mengerti apa yang membuatnya begitu membenciku. Saudara kembarnya sendiri. WARNING! [SLOW UPDATE]